“Hidup itu indah” sebuah kalimat
yang sulit kita pahami apabila kita menempatkan diri sebagai
seseorang yang berusaha memikirkan bagaimana dunia berjalan
seharusnya! “Hidup itu indah”, bagi kita yang mengharapkan suatu
tatanan hidup yang lebih baik tampaknya hanya menjadi iklan sponsor
dari berbagai macam produk yang sering dijual dan sering kita dengar.
“Hidup itu indah”, ketika kita mendengarnya mungkin kita akan
sedikit merasa geli, dengan senyum kecil yang agak sinis kita pun
enggan untuk mendengarnya untuk yang kedua kalinya. Bagaimana tidak,
di zaman ini kita melihat berbagai macam kesenjangan. Kita sulit
mengatakan hidup itu indah, karena kita tahu persis di kiri dan kanan
kita diperhadapkan pada berbagai macam kesengsaraan dan tekanan
sosial. Kita tak bisa pungkiri dan kita sadari betul bahwa kita
tinggal memilih antara dua variable ini! Antara penindas dan yang
tertindas!
Saat dimana saya dan anda ada pada
kategori “yang tertindas” apa yang akan kita perbuat? Apakah kita
akan berpangku tangan, atau mencoba melawan? Berpangku tangan adalah
pilihan yang paling mungkin untuk kita hidup bukan? Melawan? Tidak
mungkin karena kitalah pihak yang lemah. Kita melawan maka kita mati!
Keberanian yang begitu besar, tak berharga ketika diperhadapkan
dengan senjata pembunuh super canggih. Hanya dalam hitungan nol koma
sekian detik keberanian itu berubah menjadi ketakutan. Hanya ketika
sang penguasa menekan pelatuknya atau menekan tombol merah nyawa
jutaan orang pergi dengan seketika!
Sebuah perspektif berbeda disuguhkan
sebuah film yang berjudul “Life is Beautiful” seperti judul blog
ini, karena tulisan ini pun terinspirasi dan diadopsi dari film
tersebut. Sebuah perspektif yang memberikan opsi lain dari dua
pilihan (buruk) di atas. “Menciptkan pilihan” disaat tak ada
pilihan itulah nilai dari sebuah kemerdekaan yang menjadi seni dari
kasih sayang.
Life Is Beautiful menceritakan
perjuangan seorang ayah bernama Guido (seorang Yahudi) untuk
menyelamatkan anaknya Joshua yang lugu dan tak tahu apa-apa, yang
diakhiri oleh kesadaran Joshua atas perjuangan ayahnya untuk
menyelamatkan hidupnya. Film ini diawali dengan peristiwa lucu
bagaimana Guido sebagai seorang pelayan hotel dengan segala tingkah
polahnya hingga ia mampu membawa kabur seorang pengantin wanita
hingga wanita itu menjadi istrinya. Kemudian Guido dan wanita ini
(Nora) memiliki seorang anak. Cerita ini berlanjut dimana negara
Jerman mulai memasuki dan berkuasa di Itali, negara Guido dan
keluarga tinggal. Mulai saat itu setiap orang Yahudi ditandai untuk
kemudian di bawa ke suatu tempat untuk dijadikan pekerja atau
dibunuh.
Tibalah saat dimana Guido dan anaknya
Joshua berangkat digusur oleh tentara Jerman untuk naik kereta.
Betapa kagetnya Joshua kecil melihat begitu banyak orang yang
berduyun-duyun naik kereta, ia juga heran dengan begitu banyaknya
tentara yang mengawal orang-orang yang berduyun-duyun itu. Ia
bertanya pada ayahnya Guido, kemana mereka akan pergi dan apa yang
sedang terjadi ini? Guido terdiam sejenak, dan kemudian ia menjawab
bahwa mereka akan pergi ke suatu camp yang sangat menyenangkan.
Dimana di camp itu akan ada banyak permaian yang mereka lakukan. Dia
menjanjikan akan ada begitu banyak permaianan yang ayah dan anak ini
akan lakukan bersama. Joshua lugu percaya dan ia pun senang. Sekali
ini, Guido membuat anaknya terhibur di tengah-tengah kondisi yang
sebenarnya ia pun sendiri bingung, takut, suatu kondisi antara sebuah
kehidupan dan kematian!
Sampailah ayah dan anak ini di suatu
tempat dimana orang-orang Yahudi yang sudah di tangkap ini untuk
dipekerjakan paksa. Suatu tempat khusus bagi orang-orang Yahudi ini
untuk tidur dengan ruang yang mirip dengan asrama hanya dengan ruang
yang lebih kecil, bau, dengan dihadiahi seragam belang putih hitam,
tanda bahwa mereka adalah pekerja paksa, orang kelas dua, bahkan oleh
Jerman mereka disamakan dengan anjing. Guido menanyakan situasi yang
terjadi di tempat itu pada orang-orang sekitarnya. Tiba-tiba muncul
sekelompok tentara Jerman, seorang pemimpin tentara itu maju dan
meminta seseorang untuk menjadi penterjemahnya. Spontan Guido yang
tidak bisa bahasa Jerman ia mengacungkan tangannya. Pemimpin tentara
Jerman itu memanggihnya dan menyuruhnya untuk menterjemahkan apa yang
ia katakan. Isi dari perintah tentara Jerman itu sebenarnya berisi
aturan bekerja di tempat itu, tapi Guido yang tidak mengerti maksud
dari tentara Jerman ini dengan sengaja mengantinya menjadi peraturan
ikut camp, dimana selama camp mereka akan mengikuti sebuah game
dengan hadiah utama sebuah Tank sungguhan, untuk mendapatkan hadiah
utama ini harus mengumpulkan 1000 poin. Dengan rinci Guido
menjelaskan bagaimana tatacara mengikuti game ini hingga Joshua kecil
tidak merasa takut dengan tentara Jerman yang sangar ini, malah
Joshua kecil tertawa-tawa dan sangat antusias karena ia tidak sabar
untuk segera bermain game. Siatuasi yang seharusnya menjadi sangat
mencekam bagi Joshua kecil dengan cinta seorang ayah disulap menjadi
sebuah zona permaianan yang sangat menyenangkan.
Dari hari ke hari Guido si ayah yang
kocak ini semakin lelah oleh karena pekerjaan yang begitu berat dan
dengan sedikit upah, yaitu roti kecil yang ia berikan untuk Joshua
yang lugu, membuatnya semakin lemah. Setiap hari itu juga Joshua
selalu bertanya berapa poin yang mereka dapatkan, Joshua kecil
menanyakan kapan ia akan dapatkan Tank. Guido hanya menjawab bahwa
mereka memimpin di poin tertinggi tapi Joshua harus tetap waspada.
Selagi Guido menjaga keselamatan Joshua
kecil dengan kebohongannya itu, rupanya kehidupan di tempat itu
semakin berat. Seluruh orang tua yang sudah tidak bisa bekerja dan
anak-anak disuruh mandi padahal sebenarnya mereka akan dibunuh di
kamar gas beracun. Beruntungnya karena Joshua memiliki kebisaan susah
mandi, ia lolos dari kematian yang hendak menghapirinya itu. Tapi
repotnya kini Joshua harus benar-benar tidak terlihat oleh orang
Jerman agar tidak terbunuh. Guido yang saat ini sudah ditolong
(menjadi seorang pelayanan) oleh seorang dokter Jerman kenalannya
dulu, hanya mengatakan pada Joshua kalau Joshua sekarang sedang
mengikuti game petak umpet. Tidak seorangpun tentara Jerman dan orang
Jerman (Guido mengatakan orang Jerman orang yang berbahasa
aneh/asing) boleh menemukan dia! Pada game ini poinnya ganda! Joshua
yang lugu percaya dan ia dengan serius mengikuti game ini dengan
tekad kuat untuk medapatkan hadiah utama, sebuah Tank, ya sebuah Tank
yang selama ini jadi impiannya!
Joshua berhasil memainkan game ini
hingga ia tidak ditemukan. Namun pada suatu siang dimana anak-anak
Jerman benar-benar sedang bermain petak umpet Joshua menemukan
seorang anak Jerman, dan saat itu juga Joshua terlihat oleh seorang
wanita penjaga Jerman. Guido yang saat itu bersama Joshua sangat
ketakutan, wanita Jerman itu bersuara keras dan memangil Joshua.
Terpikirlah suatu ide dibenak Guido, ia mengatakan pada Joshua kalau
sekarang Joshua memasuki game baru, yaitu game diam, dimana Joshua
tidak boleh berkata apa-apa, sedangkan penantang akan berbahasa asing
(bahasa Jerman) dan Joshua tidak boleh terpancing untuk bicara.
Joshua lugu sekali lagi percaya, dan ia melakukan intruksi dari
ayahnya itu. Mujur, wanita Jerman itu mengira bahwa Joshua adalah
seorang anak Jerman. Langsung saja wanita itu membawa Joshua kecil ke
asrama anak-anak Jerman dan memarahi Guido untuk tidak berbicara dan
mengajari anak-anak Jerman. Guido sangat lega karena sekali lagi ia
mampu menyelamatkan anaknya.
Guido yang saat itu menjadi pelayan
bagi orang-orang Jerman sekali-kali melihat keadaan anaknya. Joshua
kecil diperlakukan sama seperti anak-anak Jerman lainnya. Ia makan
dengan lahap dan gembira tanpa pernah tahu keadaan apa yang
sebenarnya sedang ia alami ini. Hingga suatu waktu, tempat dimana
mereka berada diserang oleh tentara sekutu. Keadaan begitu kacau.
Saat itulah saat-saat terakhir perjuangan sang Ayah, Guido
menyembunyikan Joshua dalam sebuah kotak, Guido berpesan agar Joshua
jangan pernah keluar dari kotak itu apapun yang terjadi. Joshua baru
boleh keluar dari kotak itu setelah tidak ada seorang pun di tempat
itu. Guido menegaskan kalau Joshua berhasil pada permainan ini ia
akan segera mendapatkan hadiah utamanya, yaitu Tank sungguhan. Sekali
lagi Joshua lugu percaya dan melakukan apa yang ayahnya katakan itu.
Sialnya, Guido tertangkap oleh tentara Jerman. Karena Guido tidak
ingin membuat anaknya panik, Guido hanya menari-nari, ia buat
seolah-olah penjaga itu mengawalnya. Joshua kecil dari kotak dimana
ia bersembunyi tertawa melihat ayahnya yang lucu ini. Terlihat jelas
bagaimana ayahnya tersenyum memberikan kode padanya untuk tetap
bersembunyi dan menyelesaikan permaian hingga hadiah utama ia
dapatkan. Guido dibawa ke suatu tempat, sudut gelap oleh tentara
Jerman itu, satu tembakan cukup membuat nyawa Guido melayang.
Suatu pagi, Joshua keci melihat
benar-benar tidak ada orang di tempat itu, persis seperti apa yang
dikatakan ayahnya, ia keluar dari kotak persembuanyiannya itu. Ia
tampak heran kemana perginya orang-orang. Tapi tak lama kemudian dari
balik gedung munculan sebuah Tank sungguhan, Tank itu sebenarnya Tank
tentara sekutu yang sedang beroperasi mencari dan menyisir daerah
sisa-sisa perang. Joshua kecil begitu senang, karena akhirnya
“perjuangannya” membuahkan hasil! Ketekunan dan kegigihannya
mengikuti game-game dan menaati peraturan-peraturan dalam game-game
tersebut “persis” seperti yang ayahnya katakan ternyata benar!
Wow... sebuah Tank sungguhan, sungguh kegigihannya terbayar sudah!
Tepat Tank itu berhenti di depannya, tentara sekutu itu memberikan
tumpangan gratis pada Joshua kecil, dan mengenakan helm tentara pada
kepala kecil Joshua. Alangkah senangnya Joshua, dalam pikirnya,
lihatlah akulah sang juara! Aku menang, aku punya hadiah utama, aku
punya Tank!
Kisah ini diakhirnya, adengan saling
memeluk antara Joshua dan Ibunya (Nora) dimana sekian lama mereka
tidak bertemu, dan Joshua mengatakan pada ibunya bahwa Joshua dan
ayahnya menang, “we won”, ibunya menjawab dengan gembira, “yeah,
we won”. Sebuah kemenangan yang sebenarnya Joshua tidak mengerti
sama sekali. Lebih tepatnya sebuah hadiah, hadiah yang sangat mahal,
hadiah yang adalah sebuah perjuangan. Perjuangan yang dilandasi oleh
kasing sayang. Kasih sayang yang melampaui perbudakan dan penindasan
yang dapat dilakukan manusia pada sesamanya.
Joshua sebagai pencerita dalam film ini
mengatakan bahwa hidupnya ini mungkin sebuah fable, tampak begitu
lucu, sesuatu yang terlalu imajinatif, namun dibalik itu, ada
perjuangan dan kemenangan. Ada hadiah pada awalnya kita pahami dengan
lugu, yang pada suatu saat kita akan sadari bahwa hadiah itu
sungguh-sungguh berharga melebih “ketaatan” dan “usaha” yang
pernah kita lakukan! Perjuangan ayahku untuk membuat untuk tetap
hidup, perjuangan ayah yang menyelamatkanku, melebihi anganku untuk
memiliki sebuah “Tank”. “Life is Beautiful” karena ada
seseorang yang berjuang untuk anda dan saya. Kita tidak pernah tahu
dengan persis apa yang sedang kita alami. Kita patut menyadari betul
bahwa kita hanya meraba-raba, apa yang kita lihat pun begitu samar.
Tanpa kita sadari samar itu mulai jelas, dan kita mengetahui bahkan
kita merasa haru dengan apa yang sudah terjadi dibelakang kita.
Barangkali anda dan saya bergumam dalam hati, “itulah yang
membuatku kini (hidup)”.
Di dalam masa kesesakan kita, kita pun
diperhadapkan dengan orang-orang disekeliling kita yang tentunya kita
sayangi. Mungkin itu anak kita, kakak atau adik, ayah dan ibu, atau
entah siapa itu. Pertanyaannya, sanggupkah kita membawa diri kita
keluar dari kukungan penindasan yang sedang kita alami menuju sebuah
kesadaran pada kasih sayang yang membawa kita menjadi manusia yang
mau berkorban demi welas asih. Welas asih itu menjadi nyata dan
berharga ketika tergambarkan dalam sebuah perjuangan. Welas asih
senantiasa menjadi sebuah seni tertinggi dalam hidup yang mampu
mengeluarkan kita dari sistem dan aturan-aturan yang dibuat manusia.
Saudaraku, marilah kita renungi senjenak eksistensi kita kini di
dunia. Kita patut bertanya, apakah anda dan saya termasuk pada
orang-orang memiliki kasih sayang? Orang-orang yang mau berkorban
bagi sesama? Selama kita tidak mampu berkorban untuk orang lain
rasanya kita tidak layak dianggap atau dimasukan dalam jajaran orang
yang memiliki welas asih. Marilah kita ciptakan pilihan! Pilihan
untuk melawan penindasan dengan bijak dan pilihan untuk sebuah
kehidupan yang memang pantas kita hidupi! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar