Senin, 30 Juni 2014

Life is Beautiful...

“Hidup itu indah” sebuah kalimat yang sulit kita pahami apabila kita menempatkan diri sebagai seseorang yang berusaha memikirkan bagaimana dunia berjalan seharusnya! “Hidup itu indah”, bagi kita yang mengharapkan suatu tatanan hidup yang lebih baik tampaknya hanya menjadi iklan sponsor dari berbagai macam produk yang sering dijual dan sering kita dengar. “Hidup itu indah”, ketika kita mendengarnya mungkin kita akan sedikit merasa geli, dengan senyum kecil yang agak sinis kita pun enggan untuk mendengarnya untuk yang kedua kalinya. Bagaimana tidak, di zaman ini kita melihat berbagai macam kesenjangan. Kita sulit mengatakan hidup itu indah, karena kita tahu persis di kiri dan kanan kita diperhadapkan pada berbagai macam kesengsaraan dan tekanan sosial. Kita tak bisa pungkiri dan kita sadari betul bahwa kita tinggal memilih antara dua variable ini! Antara penindas dan yang tertindas!

Saat dimana saya dan anda ada pada kategori “yang tertindas” apa yang akan kita perbuat? Apakah kita akan berpangku tangan, atau mencoba melawan? Berpangku tangan adalah pilihan yang paling mungkin untuk kita hidup bukan? Melawan? Tidak mungkin karena kitalah pihak yang lemah. Kita melawan maka kita mati! Keberanian yang begitu besar, tak berharga ketika diperhadapkan dengan senjata pembunuh super canggih. Hanya dalam hitungan nol koma sekian detik keberanian itu berubah menjadi ketakutan. Hanya ketika sang penguasa menekan pelatuknya atau menekan tombol merah nyawa jutaan orang pergi dengan seketika!

Sebuah perspektif berbeda disuguhkan sebuah film yang berjudul “Life is Beautiful” seperti judul blog ini, karena tulisan ini pun terinspirasi dan diadopsi dari film tersebut. Sebuah perspektif yang memberikan opsi lain dari dua pilihan (buruk) di atas. “Menciptkan pilihan” disaat tak ada pilihan itulah nilai dari sebuah kemerdekaan yang menjadi seni dari kasih sayang.

Life Is Beautiful menceritakan perjuangan seorang ayah bernama Guido (seorang Yahudi) untuk menyelamatkan anaknya Joshua yang lugu dan tak tahu apa-apa, yang diakhiri oleh kesadaran Joshua atas perjuangan ayahnya untuk menyelamatkan hidupnya. Film ini diawali dengan peristiwa lucu bagaimana Guido sebagai seorang pelayan hotel dengan segala tingkah polahnya hingga ia mampu membawa kabur seorang pengantin wanita hingga wanita itu menjadi istrinya. Kemudian Guido dan wanita ini (Nora) memiliki seorang anak. Cerita ini berlanjut dimana negara Jerman mulai memasuki dan berkuasa di Itali, negara Guido dan keluarga tinggal. Mulai saat itu setiap orang Yahudi ditandai untuk kemudian di bawa ke suatu tempat untuk dijadikan pekerja atau dibunuh.

Tibalah saat dimana Guido dan anaknya Joshua berangkat digusur oleh tentara Jerman untuk naik kereta. Betapa kagetnya Joshua kecil melihat begitu banyak orang yang berduyun-duyun naik kereta, ia juga heran dengan begitu banyaknya tentara yang mengawal orang-orang yang berduyun-duyun itu. Ia bertanya pada ayahnya Guido, kemana mereka akan pergi dan apa yang sedang terjadi ini? Guido terdiam sejenak, dan kemudian ia menjawab bahwa mereka akan pergi ke suatu camp yang sangat menyenangkan. Dimana di camp itu akan ada banyak permaian yang mereka lakukan. Dia menjanjikan akan ada begitu banyak permaianan yang ayah dan anak ini akan lakukan bersama. Joshua lugu percaya dan ia pun senang. Sekali ini, Guido membuat anaknya terhibur di tengah-tengah kondisi yang sebenarnya ia pun sendiri bingung, takut, suatu kondisi antara sebuah kehidupan dan kematian!

Sampailah ayah dan anak ini di suatu tempat dimana orang-orang Yahudi yang sudah di tangkap ini untuk dipekerjakan paksa. Suatu tempat khusus bagi orang-orang Yahudi ini untuk tidur dengan ruang yang mirip dengan asrama hanya dengan ruang yang lebih kecil, bau, dengan dihadiahi seragam belang putih hitam, tanda bahwa mereka adalah pekerja paksa, orang kelas dua, bahkan oleh Jerman mereka disamakan dengan anjing. Guido menanyakan situasi yang terjadi di tempat itu pada orang-orang sekitarnya. Tiba-tiba muncul sekelompok tentara Jerman, seorang pemimpin tentara itu maju dan meminta seseorang untuk menjadi penterjemahnya. Spontan Guido yang tidak bisa bahasa Jerman ia mengacungkan tangannya. Pemimpin tentara Jerman itu memanggihnya dan menyuruhnya untuk menterjemahkan apa yang ia katakan. Isi dari perintah tentara Jerman itu sebenarnya berisi aturan bekerja di tempat itu, tapi Guido yang tidak mengerti maksud dari tentara Jerman ini dengan sengaja mengantinya menjadi peraturan ikut camp, dimana selama camp mereka akan mengikuti sebuah game dengan hadiah utama sebuah Tank sungguhan, untuk mendapatkan hadiah utama ini harus mengumpulkan 1000 poin. Dengan rinci Guido menjelaskan bagaimana tatacara mengikuti game ini hingga Joshua kecil tidak merasa takut dengan tentara Jerman yang sangar ini, malah Joshua kecil tertawa-tawa dan sangat antusias karena ia tidak sabar untuk segera bermain game. Siatuasi yang seharusnya menjadi sangat mencekam bagi Joshua kecil dengan cinta seorang ayah disulap menjadi sebuah zona permaianan yang sangat menyenangkan.

Dari hari ke hari Guido si ayah yang kocak ini semakin lelah oleh karena pekerjaan yang begitu berat dan dengan sedikit upah, yaitu roti kecil yang ia berikan untuk Joshua yang lugu, membuatnya semakin lemah. Setiap hari itu juga Joshua selalu bertanya berapa poin yang mereka dapatkan, Joshua kecil menanyakan kapan ia akan dapatkan Tank. Guido hanya menjawab bahwa mereka memimpin di poin tertinggi tapi Joshua harus tetap waspada.

Selagi Guido menjaga keselamatan Joshua kecil dengan kebohongannya itu, rupanya kehidupan di tempat itu semakin berat. Seluruh orang tua yang sudah tidak bisa bekerja dan anak-anak disuruh mandi padahal sebenarnya mereka akan dibunuh di kamar gas beracun. Beruntungnya karena Joshua memiliki kebisaan susah mandi, ia lolos dari kematian yang hendak menghapirinya itu. Tapi repotnya kini Joshua harus benar-benar tidak terlihat oleh orang Jerman agar tidak terbunuh. Guido yang saat ini sudah ditolong (menjadi seorang pelayanan) oleh seorang dokter Jerman kenalannya dulu, hanya mengatakan pada Joshua kalau Joshua sekarang sedang mengikuti game petak umpet. Tidak seorangpun tentara Jerman dan orang Jerman (Guido mengatakan orang Jerman orang yang berbahasa aneh/asing) boleh menemukan dia! Pada game ini poinnya ganda! Joshua yang lugu percaya dan ia dengan serius mengikuti game ini dengan tekad kuat untuk medapatkan hadiah utama, sebuah Tank, ya sebuah Tank yang selama ini jadi impiannya!

Joshua berhasil memainkan game ini hingga ia tidak ditemukan. Namun pada suatu siang dimana anak-anak Jerman benar-benar sedang bermain petak umpet Joshua menemukan seorang anak Jerman, dan saat itu juga Joshua terlihat oleh seorang wanita penjaga Jerman. Guido yang saat itu bersama Joshua sangat ketakutan, wanita Jerman itu bersuara keras dan memangil Joshua. Terpikirlah suatu ide dibenak Guido, ia mengatakan pada Joshua kalau sekarang Joshua memasuki game baru, yaitu game diam, dimana Joshua tidak boleh berkata apa-apa, sedangkan penantang akan berbahasa asing (bahasa Jerman) dan Joshua tidak boleh terpancing untuk bicara. Joshua lugu sekali lagi percaya, dan ia melakukan intruksi dari ayahnya itu. Mujur, wanita Jerman itu mengira bahwa Joshua adalah seorang anak Jerman. Langsung saja wanita itu membawa Joshua kecil ke asrama anak-anak Jerman dan memarahi Guido untuk tidak berbicara dan mengajari anak-anak Jerman. Guido sangat lega karena sekali lagi ia mampu menyelamatkan anaknya.

Guido yang saat itu menjadi pelayan bagi orang-orang Jerman sekali-kali melihat keadaan anaknya. Joshua kecil diperlakukan sama seperti anak-anak Jerman lainnya. Ia makan dengan lahap dan gembira tanpa pernah tahu keadaan apa yang sebenarnya sedang ia alami ini. Hingga suatu waktu, tempat dimana mereka berada diserang oleh tentara sekutu. Keadaan begitu kacau. Saat itulah saat-saat terakhir perjuangan sang Ayah, Guido menyembunyikan Joshua dalam sebuah kotak, Guido berpesan agar Joshua jangan pernah keluar dari kotak itu apapun yang terjadi. Joshua baru boleh keluar dari kotak itu setelah tidak ada seorang pun di tempat itu. Guido menegaskan kalau Joshua berhasil pada permainan ini ia akan segera mendapatkan hadiah utamanya, yaitu Tank sungguhan. Sekali lagi Joshua lugu percaya dan melakukan apa yang ayahnya katakan itu. Sialnya, Guido tertangkap oleh tentara Jerman. Karena Guido tidak ingin membuat anaknya panik, Guido hanya menari-nari, ia buat seolah-olah penjaga itu mengawalnya. Joshua kecil dari kotak dimana ia bersembunyi tertawa melihat ayahnya yang lucu ini. Terlihat jelas bagaimana ayahnya tersenyum memberikan kode padanya untuk tetap bersembunyi dan menyelesaikan permaian hingga hadiah utama ia dapatkan. Guido dibawa ke suatu tempat, sudut gelap oleh tentara Jerman itu, satu tembakan cukup membuat nyawa Guido melayang.

Suatu pagi, Joshua keci melihat benar-benar tidak ada orang di tempat itu, persis seperti apa yang dikatakan ayahnya, ia keluar dari kotak persembuanyiannya itu. Ia tampak heran kemana perginya orang-orang. Tapi tak lama kemudian dari balik gedung munculan sebuah Tank sungguhan, Tank itu sebenarnya Tank tentara sekutu yang sedang beroperasi mencari dan menyisir daerah sisa-sisa perang. Joshua kecil begitu senang, karena akhirnya “perjuangannya” membuahkan hasil! Ketekunan dan kegigihannya mengikuti game-game dan menaati peraturan-peraturan dalam game-game tersebut “persis” seperti yang ayahnya katakan ternyata benar! Wow... sebuah Tank sungguhan, sungguh kegigihannya terbayar sudah! Tepat Tank itu berhenti di depannya, tentara sekutu itu memberikan tumpangan gratis pada Joshua kecil, dan mengenakan helm tentara pada kepala kecil Joshua. Alangkah senangnya Joshua, dalam pikirnya, lihatlah akulah sang juara! Aku menang, aku punya hadiah utama, aku punya Tank!

Kisah ini diakhirnya, adengan saling memeluk antara Joshua dan Ibunya (Nora) dimana sekian lama mereka tidak bertemu, dan Joshua mengatakan pada ibunya bahwa Joshua dan ayahnya menang, “we won”, ibunya menjawab dengan gembira, “yeah, we won”. Sebuah kemenangan yang sebenarnya Joshua tidak mengerti sama sekali. Lebih tepatnya sebuah hadiah, hadiah yang sangat mahal, hadiah yang adalah sebuah perjuangan. Perjuangan yang dilandasi oleh kasing sayang. Kasih sayang yang melampaui perbudakan dan penindasan yang dapat dilakukan manusia pada sesamanya.

Joshua sebagai pencerita dalam film ini mengatakan bahwa hidupnya ini mungkin sebuah fable, tampak begitu lucu, sesuatu yang terlalu imajinatif, namun dibalik itu, ada perjuangan dan kemenangan. Ada hadiah pada awalnya kita pahami dengan lugu, yang pada suatu saat kita akan sadari bahwa hadiah itu sungguh-sungguh berharga melebih “ketaatan” dan “usaha” yang pernah kita lakukan! Perjuangan ayahku untuk membuat untuk tetap hidup, perjuangan ayah yang menyelamatkanku, melebihi anganku untuk memiliki sebuah “Tank”. “Life is Beautiful” karena ada seseorang yang berjuang untuk anda dan saya. Kita tidak pernah tahu dengan persis apa yang sedang kita alami. Kita patut menyadari betul bahwa kita hanya meraba-raba, apa yang kita lihat pun begitu samar. Tanpa kita sadari samar itu mulai jelas, dan kita mengetahui bahkan kita merasa haru dengan apa yang sudah terjadi dibelakang kita. Barangkali anda dan saya bergumam dalam hati, “itulah yang membuatku kini (hidup)”.


Di dalam masa kesesakan kita, kita pun diperhadapkan dengan orang-orang disekeliling kita yang tentunya kita sayangi. Mungkin itu anak kita, kakak atau adik, ayah dan ibu, atau entah siapa itu. Pertanyaannya, sanggupkah kita membawa diri kita keluar dari kukungan penindasan yang sedang kita alami menuju sebuah kesadaran pada kasih sayang yang membawa kita menjadi manusia yang mau berkorban demi welas asih. Welas asih itu menjadi nyata dan berharga ketika tergambarkan dalam sebuah perjuangan. Welas asih senantiasa menjadi sebuah seni tertinggi dalam hidup yang mampu mengeluarkan kita dari sistem dan aturan-aturan yang dibuat manusia. Saudaraku, marilah kita renungi senjenak eksistensi kita kini di dunia. Kita patut bertanya, apakah anda dan saya termasuk pada orang-orang memiliki kasih sayang? Orang-orang yang mau berkorban bagi sesama? Selama kita tidak mampu berkorban untuk orang lain rasanya kita tidak layak dianggap atau dimasukan dalam jajaran orang yang memiliki welas asih. Marilah kita ciptakan pilihan! Pilihan untuk melawan penindasan dengan bijak dan pilihan untuk sebuah kehidupan yang memang pantas kita hidupi! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar