Hendaknya hiduplah dalam kajian, bukan hanya dalam asumsi.
Amatilah, teliti, renungi dan resapi.
Bukan sekadar numpang lewat.
Pikirlah dalam-dalam, bukan hanya sekadar dicocok-cocokan saja.
Hidup itu ada dalam impian dan pembelajaran. Tidak bisa hanya dalam salah satunya saja. Keduanya saling terkait dan saling mengikat.
Tentu saja kita punya impian, tapi impian pastinya akan berbenturan dengan kenyataan, maka kadang impian yang masih kasar itu perlu dihaluskan, oleh apa? Ya oleh pembelajaran.
Tentu saja kita orang yang rajin belajar. Tapi tentu saja pula kita tidak bisa rajin begitu saja bukan? Atau rajin buta? Kita rajin belajar karena ada impian dibelakang kita yang ingin kita wujudkan. Karena nya belajarlah dengan rajin, tapi hendaklah bukalah mata. Semoga tidak buta ya. Sebaliknya semoga semuanya tampak jelas.
Sekali ini, di hari ini. Hari yang kamu anggap istimewa ini. Yang aku enggan menyebutkannya atau lebih tepatnya aku lebih memilih diam untuk hal itu, ...
Wahai teman bermimpilah dan belajarlah.
Semoga sabdamu, dimana engkau biasa bersabda pada manusia tidak hanya sekadar mencocok-cocokan saja. Sehingga sabdamu tidak menjadi kesesatan dan kesalahan bagi manusia. Sebaliknya menjadi cahaya dan terang bagi manusia.
Semoga usai sudah segala kelengahan dan keteledoran kita.
Ah, sesungguhnya ingin sekali aku diam, dan aku sudah sudah mencobanya beberapa kali. Ah, namun nurani ini, entah mengapa, rasa sayang ini, sebagai sahabat, rupanya aku masih menjadi seseorang pengoceh. Pengoceh sahabat seorang pembual mugkin begitulah kupandang persahaban kita.
Itulah kita, mungkin atau pasti nya kau akan marah dengan ini. Itulah ketidaksanggupan kita menanggung keadaan yang sebenarnya.
Karena KITA MAU YANG BAIK MENURUT CARA PANDANG KITA SENDIRI.
Semoga tak jatuh kita untuk yang kesekian kalinya lagi.
Salam tulus dariku, seorang kawan yang mungkin engkau lupakan.
Hidup itu ada dalam impian dan pembelajaran. Tidak bisa hanya dalam salah satunya saja. Keduanya saling terkait dan saling mengikat.
Tentu saja kita punya impian, tapi impian pastinya akan berbenturan dengan kenyataan, maka kadang impian yang masih kasar itu perlu dihaluskan, oleh apa? Ya oleh pembelajaran.
Tentu saja kita orang yang rajin belajar. Tapi tentu saja pula kita tidak bisa rajin begitu saja bukan? Atau rajin buta? Kita rajin belajar karena ada impian dibelakang kita yang ingin kita wujudkan. Karena nya belajarlah dengan rajin, tapi hendaklah bukalah mata. Semoga tidak buta ya. Sebaliknya semoga semuanya tampak jelas.
Sekali ini, di hari ini. Hari yang kamu anggap istimewa ini. Yang aku enggan menyebutkannya atau lebih tepatnya aku lebih memilih diam untuk hal itu, ...
Wahai teman bermimpilah dan belajarlah.
Semoga sabdamu, dimana engkau biasa bersabda pada manusia tidak hanya sekadar mencocok-cocokan saja. Sehingga sabdamu tidak menjadi kesesatan dan kesalahan bagi manusia. Sebaliknya menjadi cahaya dan terang bagi manusia.
Semoga usai sudah segala kelengahan dan keteledoran kita.
Ah, sesungguhnya ingin sekali aku diam, dan aku sudah sudah mencobanya beberapa kali. Ah, namun nurani ini, entah mengapa, rasa sayang ini, sebagai sahabat, rupanya aku masih menjadi seseorang pengoceh. Pengoceh sahabat seorang pembual mugkin begitulah kupandang persahaban kita.
Itulah kita, mungkin atau pasti nya kau akan marah dengan ini. Itulah ketidaksanggupan kita menanggung keadaan yang sebenarnya.
Karena KITA MAU YANG BAIK MENURUT CARA PANDANG KITA SENDIRI.
Semoga tak jatuh kita untuk yang kesekian kalinya lagi.
Salam tulus dariku, seorang kawan yang mungkin engkau lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar